Jumat, 27 Juni 2014

Kisah masa lalu - cerita kaca spion

Sejak bekerja saya tidak pernah lagi berkunjung ke Perpustakaan Soemantri Brodjonegoro di Jalan Rasuna Said, Jakarta . Tapi, suatu hari ada kerinduan dan dorongan yang luar biasa untuk ke sana . Bukan untuk baca buku, melainkan makan gado-gado di luar pagar perpustakaan. Gado-gado yang dulu selalu membuat saya ngiler. Namun baru dua tiga suap, saya merasa gado-gado yang masuk ke mulut jauh dari bayangan masa lalu. Bumbu kacang yang dulu ingin saya jilat sampai piringnya mengkilap, kini rasanya amburadul. Padahal ini gado-gado yang saya makan dulu. Kain penutup hitamnya sama. Penjualnya juga masih sama. Tapi mengapa rasanya jauh berbeda? Malamnya, soal gado-gado itu saya ceritakan kepada istri. Bukan soal rasanya yang mengecewakan, tetapi ada hal lain yang membuat saya gundah.

Sewaktu kuliah, hampir setiap siang, sebelum ke kampus saya selalu mampir ke perpustakaan Soemantri Brodjonegoro. Ini tempat favorit saya. Selain karena harus menyalin bahan-bahan pelajaran dari buku-buku wajib yang tidak mampu saya beli, berada di antara ratusan buku membuat saya merasa begitu bahagia. Biasanya satu sampai dua jam saya di sana . Jika masih ada waktu, saya melahap buku-buku yang saya minati. Bau harum buku, terutama buku baru, sungguh membuat pikiran terang dan hati riang. Sebelum meninggalkan perpustakaan, biasanya saya singgah di gerobak gado-gado di sudut jalan, di luar pagar. Kain penutupnya khas, warna hitam. Menurut saya, waktu itu, inilah gado-gado paling enak seantero Jakarta . Harganya Rp 500 sepiring sudah termasuk lontong. Makan sepiring tidak akan pernah puas. Kalau ada uang lebih, saya pasti nambah satu piring lagi.

Rabu, 25 Juni 2014

Menulis kreatif

Kali ini aku belajar sesuatu yang menarik berkaitan dengan “menulis kreatif”. Meskipun kebanyakan dari kita, termasuk aku sendiri, akan berkata “Ah, menulis kreatif ya jelas menulis dengan tidak monoton. Banyak disisipi alur-alur cerita yang jungkir balik misal. Sehingga dapat ‘menggaet’ minat baca para pembaca.”. Pandangan tersebut tentulah tidak salah. Memang secara kasarnya demikianlah menulis kreatif. Artinya kita mampu membuat rangkaian kalimat yang berdaya untuk memikat minat pembaca. Namun, apakah yang menjadi penting dengan terminasi “menulis kreatif” ini? Untuk menjawab pertanyaan sederhana ini, kita agaknya perlu berdiskusi mengenai beberapa penjabaran berikut ini.

Menulis kreatif memang singkat dalam ungkapan. Hanya dua kata. Secara gamblang bisa juga dijelaskan seperti sebelumnya. Namun berpindah dari sekedar penjabaran singkat terminasi, sebagai penulis atau setidaknya calon penulis, maka kita perlu tahu seluk beluk mengenai topik yang satu ini. Terminasi menulis kreatif bagi para penulis tentu mempunyai kekuatan daya tarik untuk dieksplorasi lebih dalam. Setidaknya ada tiga aspek yang menjadi perhatianku sebagai seorang calon penulis hebat. Aspek tersebut adalah: 1) daya tarik, 2) kepadatan, dan 3) originalitas karya tulis. Nah sekarang setelah diuraikan menjadi tiga sub aspek maka artikel ini pun menjadi semakin menarik untuk dibaca. Penjabaran masing-masing sub aspek ini akan kita perdalam dalam paragraf-paragraf berikut ini.

Jumat, 20 Juni 2014

Setting fiksi dan semifiksi

Istilah setting sudah sangat akrab terdengar di telinga kita tatkala kita membicarakan sebuah karya sastra, dalam hal ini adalah novel. Seperti yang kita tahu, setting merupakan gambaran yang menjadi latar belakang terjadinya suatu cerita. Setting bisa berupa tempat, waktu, keadaan, dan suasana. Dengan demikian setting menjadi salah satu elemen yang mempunyai kedudukan sangat penting dalam menciptakan alur cerita. Bagaimana kita menjaga kesinambungan suatu cerita dapat diwujudkan dalam pemilihan setting dengan tepat.

Dalam menulis naskah novel, umumnya seorang penulis akan menggunakan setting fiksi ataupun semifiksi. Kedua jenis setting tesebut mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Jenis pemakaian setting yang pertama adalah setting fiksi; yaitu tipe setting yang digunakan berdasarkan pencitraan fiktif murni dari penulisnya. Misalnya saja penggambaran tentang lokasi ataupun suasana dan kejadian alamnya benar-benar fiktif, hampir tidak mungkin atau jarang bisa dilihat di dunia nyata. Kalau dari tempatnya sendiri mungkin memang benar-benar fiktif, artinya kita tidak bisa menjumpai tempat yang menjadi setting ditulisnya naskah novel tersebut dalam dunia nyata.

Menulis cerpen

Cerpen – cerita pendek. Ya benar, cerpen adalah sebuah karangan bebas biasanya memuat cerita fiksi baik itu fiksi penuh maupun semifiksi. Cerpen merupakan salah satu karya tulis yang banyak diminati masyarakat karena umumnya ceritanya yang singkat, ringan, namun menghibur. Kebanyakan cerpen memang dianjurkan untuk ditulis dalam format yang tidak terlalu panjang. Nah begitu membicarakan tentang format panjang naskah, maka timbul pertanyaan, “Seberapa panjang atau pendek kah sebuah naskah bisa disebut cerita pendek?”. Pertanyaan tersebut selalu mengemuka tatkala para penulis pemula seperti aku ini hendak menulis sebuah cerita pendek atau cerpen. Aku pernah membaca cerpen yang baik ditulis tidak kurang dari 1.000 kata dan sebanyak-banyaknya 10.000 kata.

Meskipun ada definisi batas seperti itu, aku pernah juga menemukan naskah cerpen yang dimuat di blog cerpen yang cukup ramai dikunjungi para cerpenis Indonesia. Dalam blog tersebut dimuat sebuah cerpen yang panjangnya tidak lebih dari 300 kata saja. Ini sangatlah pendek untuk sebuah cerita. Aku sendiri bahkan tidak mengerti apakah yang bisa aku tulis hanya dengan sekian ratus kata yang singkat itu. Meskipun blog tersebut memberi batasan naskah cerpen yang dikirim setidaknya memuat panjang 1.000 kata, naskah cerpen 300-an kata itu pun tetap dimuat dengan alasan memberi wadah bagi penulis pemula untuk menuangkan kreativitas dan belajar menulis untuk menjadi lebih baik di hari depan. Aku sendiri merasa salut dengan blog tersebut yang mewadahi kreativitas menulis generasi muda bangsa. Bagus sekali. Namun untuk cerpen dengan panjang naskah hanya 300-an halaman rasanya sangat aneh untuk disebut sebagai sebuah cerita pendek alias cerpen.